Tuesday, February 19, 2013

SEJARAH PAKSI BUAY NYERUPA

( Sultan Piekulun Jayadiningrat Paksi Nyerupa Bersama Sultan Palembang Darussalam )

Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak
Kepaksian Nyerupa
Oleh:  Sultan Piekulun Jayadiningrat
Pada Mulanya Skala Brha
Sekitar tahun 1000 sebelum  Masehi , nenek moyang bangsa Austronesia datang keindonesia melalui daerah teluk Tonkin, mereka membawa kebudayaan batu neolitikum yang disebarkan melalui dua jalur. Yaitu Jalur utara dari teluk Tonkin menuju Taiwan, Filipina, Sulawesi, Maluku, dan papua. Sementara jalur Selatan yaitu semenanjung Vietnam melewati semenanjung Malaka, Sumatera, Hingga ujung Pulau Jawa. ( Achmad Jamil dkk. Atlas Sejarah, Mastara, Jakarta 2003, hal. 8. )
Bangsa Austronesia dapat dibedakan menjadi Austro – Asia dan Austronesia. Austro – Asia masih tinggal di dataran Asia, seperti bangsa Khmer yang bermukim di Kamboja dan bangsa Malaysia di semenanjung Malaya. Sedangkan bangsa Ausronesia menyebar ke kepulauan, missal bangsa Indonesia dan Philipina.
Salah satu cabang keturunan bangsa Austronesia adalah bangsa Melayu yang berdasarkan kedatangannya dibedakan menjadi protomelayu yg berarti meayu pertama sekitar  1000 Tahun SM dan deutro melayu yang berarti melayu kedua  sekitar 500 tahun SM.
Pada Abad ke 2 masehi terjadi hubungan dagang antara india dan china melalui jalur laut atau jalur selatan yang melewati perairan Indonesia. Sehingga berkembanglah pengaruh hindu – budha yang disebarkan oleh para pedagang dan pendeta. Pada abad ke 4 pengaruh hindu mulai berkembang pesat dan berdirilah kerajaan hindu pertama yaitu Kutai di Kalimantan Timur ( 400 M) tarumanegara di Jawa Barat ( 400 M ), Kaling di jawa tengah ( 650 M ) , Sriwijaya ( 670 M ), Mataram ( 732 ).
Terdapat banyak peninggalan - peninggalan zaman megalitikum ditemukan  di  Sekala Brak . Situs yang masuk dalam daftar cagar budaya ini menyajikan bebatuan besar berupa dolmen, menhir, dan batu datar yang tersusun amat rapi. Jumlahnya cukup banyak terdiri dari 50 menhir, 30 dolmen, dan 3 batu datar. Situs ini ditemukan pada 1951 Oleh Biro Rekonstruksi Nasional.
Dan Bedasarkan penelusuran historical, sekitar Gunung Seminung dan Pesagi yang letaknya pada perbatasan Lampung bart dan Sumatera Selatan, terdapat suku yang dikenal dengan sebutan Wangsa Skala brha, wangsa ini sudah dipengaruhi oleh keyakinan terhadap agama, dapat ditelusuri dari makna etimologi sitilah skala brha yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “Titisan Dewa”. 
Keprcayaan yang dianut  wangsa skala brha adalah Hindu Anismisme yang memuja berbagai benda atau binatang dan tumbuhan. Wangsa ini pula yang kelak menurunkan suku suku di berbagai pulau sumatera khususnya bagian selatan.
Pengeasan keberadaan Wang sa Skala Brha adalah berdasarkan prasasti Hujung Langit di lampung Barat, yang dibuat pada masa Sriwijaya Pemula. Prasasti Hujung Langit berisikan penuturan tentang penaytuan Wangsa SKala Brha untuk keutuhan Sriwijaya. Penyatuan tersebut berkaitan dengan persiapan Dapunta Hyang jayanaga yang bermaksud Menyerbu mukha Upang. Sangat besar kemungkinan dari 1312 bala tentara Dapunta Hyang Jayanaga, dianataranya termasuk pula penduduk dari Skala Brha di lampung Barat. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dan dibuat sebelum prasasti prasasti lain pada masa Sriwijaya yang ada di lampung misalnya seperti Pals pasemah dan Prasasti harakuning.
Diperkirakan sekitar abad ke 3 masehi Kerajaan Skala Brha telah berdiri, La Laula adalah nama Raja Pertamanya, La laula sendiri bukanlah warga asli sekala Bgha. Ia berasal dari Hindia Belakang ( Sekitar Vietnam dan kamboja ) yang dating ke sekala bgha dengan menumpang perahu. Kedatangan La Laula bersama rombongan yang menepi di pantai krui dan selanjutnya sampai di dataran tinggi Skala Brha yang memang dataran tersebut banyak ditumbuhi pohon sekala, mereka membangun kehidupan baru dikaki gunung pesagi. Kehadiran La laula tentu mengusik keberadaan Suku tumi yang telah lebih dahulu mendiami daerah sekala brha tersebut,  sehingga terjadilah peperangan  antar suku dan berakhir dengan tunduknya suku Tumi  dan Lalaula  mendudukkan dirinya sebagai Raja Pertama kerajaan Sekala Brha. Suku Tumi ialah suku bangsa asli Skala Brha yang disebut sejarawan dan arkeolog sebagai bagian bangsa Proto Melayu  ( Melayu tua ) yang tiba di Kepulauan Nusantara antara tahun 2000 – 1000  sebelum Masehi.
Keberadaan Kerajaan Sekala Brha juga tercatan dalam literature pada masa Tiongkok Kuno, yang menyatakan bahwa antara Tahun 454 dan 464 terdapat Kerajaan di Kenali yang berada antara Pulau jawa dan kamboja ( hindia belakang). Menurut buku Tiongkok Kuno tersebut Kerajaan di Kenali mempergunakan adat istiadat yang sama dengan yang digunakan oleh bangsa Siam dan kamboja.
Nama Kenali dikenal sebagai pusat kerajaan Sekala Brha yang kini menjadi Ibu Negeri Paksi buay Belunguh.  Wilayah Skala Brak sendiri meliputi wilayah dataran tinggi Gunung Pesagi yang berada di Kecamatan Sekincau, Batu brak, balik Bukit dan Kecamatan Sukau kabupaten Lampung Barat saat ini.
Kerajaan Skala Brha yang pada awalnya dihuni oleh suku Tumi mengagungkan sebuah pohon yang bernama Melasa Kepampang atau nagka bercabang.  Keistimewaan Melasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan menimbulka penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya. Namun , jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan.  Di Sekala Bgha juga terdapat sebuah batu purba “ Batu Kepampang”  yang dahulu dikeramatkan  oleh Suku Tumi  dengan persembahan sepasang perjaka tampan dan perawan jelita, batu ini erletak di Kenali dan kini dijadikan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Provinsi Lampung. Kepercayaan tersebut juga memiliki semacam kultus terhadap arsitektur  dalam bentuk makara, seperti ular atau buaya yang bersisik denga mulut menganga. Kultus kultus tradisi tersebut sampai sekarang masih tertinggal pada arsitektur perlengkapan adat.
Berdasarkan Prasasti Bunuk Tenuar  berangka tahun 9 Margasira 919 Saka yang  ditemukan di Bunuk Tenuar liwa terpahat nama Raja didataran Sekala Bgha. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan sekla brak kuno yang masih dikuasai Oleh Suku tumi. Prof. Dr. Louis Charles Damais dalam bukunya epigrafi dan sejarah nusantara yang diterbitkan oleh Pusat penelitian Arkeologi nasional, Jakarta , hal. 26 – 45, diketahui nama Raja Yang mengeluarkan prasati ini tercantum pada baris ke- 7, menurut pembacaan Prof. damais namanya adalah Baginda Sri Haridewa ( tertulis dalam prasasti “ Punku Aji Sri Haradewa ). 
Ratu terakhir di kerajaan Skala Brha Kuno adalah Sekeghumong yang memimpin suku tumi pada peralihan abad 13 – 14 Masehi. Dan selanjutnya kerajaannya ditaklukkan oleh Para Pengelana dari Utara untuk menyebarkan Agama Islam, menebang sesembahan millik Ratu Sekeghumong bersama Rakyatnya  dan menegakkan Kerajaan Baru yang bercorak islam yaitu  Paksi pak Sekala Brak.
Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Paksi Nyerupa.
Paksi Pak merupakan kerajaan konfederasi yang dipimpin oleh empat bersaudara yaitu Maulana Umpu Pernong (raja pertama Kepaksian Buay Pernong yang berkediaman di Hanibung); Maulana Umpu Belunguh (raja pertama Kepaksian Buay Belunguh yang berpusat di Tanjung Menang, Kenali); Imam Maulana Umpu Nyekhupa (raja pertama Kepaksian Buay Nyekhupa yang berdiam di Tampak Siring); dan Maulana Umpu Lapah di Way (raja pertama Kepaksian Buay Bejalan di Way yang berkediaman di Puncak Dalom). Kerajaan konfederasi yang kami maksud di sini adalah keempat penguasa ini memiliki wilayah, rakyat, dan kedaulatan masing-masing. Kesadaran akan ingatan kolektif bahwa mereka berasal dari satu bapak yang sama, yaitu Umpu Penggalang Paksi. Mereka datang dari arah utara untuk menyebarkan agama Islam yang selanjutnya  mendirikan Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak setelah berjaya menamatkan riwayat kerajaan Hindu-Animisme Sekala Bgha yang dipimpin terakhir oleh Ratu Sekeghumong pada peralihan abad 13-14 Masehi, Dari tambo yang dimiliki maka disebutkan :
·         Derajat  Iskandar Dzulkarnain Zulkarnain adalah Rangkayo Beranak Tigo dan juga adalah Tuanku Gadis memiliki putra bernama Tuanku Orang Muda.
·         Derajat Tuanku Orang Muda adalah sama dengan Rangkayo Beranak Empat mempunyai anak bernama Syair Syah Alam.
·         Derajat  Syair Syah Alam  Alias Ratu Nggalang Paksi, Ratu Nggalang Paksi mempunyai dua orang istri, permaisurinya memiliki empat putra sedangkan selirnya memiliki empat orang putra. Empat orang putra Nggalang Paksi dari permaisuri adalah Umpu Belunguh, Umpu Pernong, Umpu jalan Diway dan Umpu Nyerupa. Sedangkan empat orang putra dari selirnya mengembara kedaerah lain. Dari empat orang putra anak permaisuri ratu nggalang paksi adalah merupakan cikal bakal Paksi Pak di kerajaan sekala brak. Putra Ratu Ngegalang Paksi  : Umpu Nyerupa, Umpu Belunguh, Umpu Pernong, Umpu Jalan Diway. 
Syahdan  tercatata dalam tambo, didataran Sekala brak terdapat suku tumi yang masih menganut kepercayaan animisme dengan menyembah kayu belasa kepappang  sebagai dewa mereka yang oleh putera putera ratu ngegalang paksi kayu tersebut ditebang  dan dijadikan tempat duduk yang disebut  ‘Pepadun ‘. Pepadun ini sampai sekarang masih ada yaitu dipakai apabila salah seorang dari sai batin paksi pak menobatkan puteranya menjadi sai batin. Sesuai  perjanjian keempat paksi pepadun ini disimpan di rumah anak mentuha paksi  yaitu si nyata /buay benyata yang berkedudukan dipekon luas. Paksi Pak mempunyai semboyan ‘ Bersatu Tidak Bersekutu, Berpisah Tidak Bercerai’ . Mereka mempunyai kedudukan yang sama. Tidak ada yang dituakan  atau yang dimudakan.
Dataran Sekala Brak yang telah dikuasai oleh keempat Umpu, Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dengan Ibu Negeri Puncak Dalom Sukarami dan kemudian pindah ke Puncak Kembahang, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut denganPaksi Buay Pernong. Sedangkan Si Bulan yang merupakan penduduk asli sekala brha, juga tidak terlepas juga dari Cumbung Pak Kelima Sia atau Paksi Pak, Kelima Buay Nerima yang kemudian dikenal Puteri Bulan atau Puteri Nilawati yang akhirnya pindah kenegeri Menggala.. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan.
Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.
Paksi Pak Sekala Brak yang memiliki wilayah adat dan tata pemerintahannya dipimpin oleh Sai Batin Sultannya masing – masing,  Seperti halnya Umpu Nyerupa menurunkan Jurainya yang tak pernah putus hingga pada jurainya yang paling akhir, menorehkan garis keturunan yang kelak dapat memimpin dan mengayomi adat budaya di kepaksian Buay Nyerupa.
Tertulis dalam Tambo Kulti kayu  beraksara Lampung kuno yang turun temurun diwariskan, bahwa wilayah kekuasaan Paksi Buay Nyerupa  adalah sebagai berikut :
“ Ana do Gaja ni njin machga ingok ingok. Way Tegaga numpang di cham pok  di di tanoh bumi ni sai sai Buay Njechupa. Chegah djak Seminung mit di way panan Djulang mit di Kawoeh Tebak tjakak pematang Changla  mutus watos Kiwis nutuk pumatang sampai Pesagi Lunik ngambelah Pesagi Balak chegah Tjanggiching mutus Hilian Chubok mit Nanakan tjuchup ngambelah Bawan Bechi tjakak Pematang Sekenui chegah sekuting mit di Way suluh tebong titi Djelatong nutuk Way Andachuman tjakak di Pematang Kuk mit Ulu Sebabui nutuk Way Andachijung ulu Tenumbang mit Pematang Heling sampai Pematang Nebak lantjah Pematang Nebak Penangisan chegah Pantau munggak nutuk Way Djangkach tjakak Gunung Timbangan lantjach Peninggaman chegah wai tjakak Pematang Kukusan nutuk Pematang Sawa mit di Sulung mit di Kawat Kerambai mit seminung ana chapakni tanoh bumi ni sai Buay Njachupa. Tanoh bumi di semaka sai necham nengon ia, djak Tjukuh Chedak nutuk Pematang Sawa chegah di Way Tjampak Lajak sampai Negeri Changgak mit Kandachan luach lawok ana do cham sai nengon ia tanoh bumi Semaka “
Wilayah Sukau yang saat ini merupakan pusat dari wilayah kekuasaan Paksi Buay Nyerupa adalah berasal darisebutan  kayu sebukau yang tumbuh dizaman dahulu dilereng-lereng bukit seminung antara bukit tumi, sulung dan lereng gunung seminung. Kayu sebukau tersebut getahnya beracun, kayu sebukau tersebut adalah lambang dari umpu benawang, tidak jauh dari itu tumbuh kawor telu tungku, menurut cerita kalau ada yang meninggal kawor tersebut berbunyi seperti letupan, disekitar itu ada air yang mengalir ke kunyaian disebut way sukau, kalau orang yang baru datang dan mandi siway sukau, orang itu akan kerasan dan betah tinggal disukau.
Umpu Benawang sering juga disebut orang Ratu Seminung., adapun Umpu benawang berada dan tinggal di Tampak Siring Sukau. Umpu Benawang ini dikemudian hari pergi kesemaka dan lampung selatan kalianda, umpu benawang ini membawa kerbau seri kumbang ke lampung selatan dan menyeberang laut teluk semangka menuju pulau tabuan, waktu kerbau seri kumbang menyebrang teluk semangka tanduknya disarangi binatang tabuan, sehingga nama pulau tabuan itu berasal dari sarang tabuan ( lebah) yang bersarang dari tanduk kerbau. menurut cerita umpu benawang meninggal disemaka.
Umpu nyerupa datang ke Tampak Siring dengan menngendarai gajah sehingga dia disebut si Gajah Pikulun, dia datang ketampah siring sebagai wali dan tabib yang mengobati orang orang yang sakit. Sesampainya disanan beliau disambut oleh umpu benawang sebagai saudara karena dia sedang sakit dan sudah beusia lanjut. Umpu nyerupa dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit umpu benawang sebagai raja di Tampak Siring.
Umpu benawang di Islamkan oleh umpu nyerupa, sebagai balas budi buay Benawang kepada umpu nyerupa yang mengobatinya, setelah suku tampak siring masuk islam, Umpu nyerupa dinobatkan sebagai Raja dan Ratunya bernama Ratu Sifa Kemala Sakti. Masuk islamnya suku tampak siring bukan dengan cara kekerasan atau paksaan melainkan dangan dakwah.
Umpu benawang mempunyai karya membuat pring kundi atau runcung dari tanah dan batu yang bertuah, dengan khasiat piring dan runcung tersebut sering berbunyi dan sayur yang bersantan tidak basi, maka piring dan runcung tersebut disebut batu Benawa. Piring dan runcung tersebut banyak ditemukan disekitar sulung, dan masih juga disimpan oleh tua tua adat disukau.
Pada tahun 1420 umpu nyerupa tersebut naik tahta dan dinobatkan sebagai raja pendiri kerajaan islam pertama disekala brak, bersama sama dengan umpu pernong, umpu belunguh, dan umpu bejalan diway, sejak saat itu umpu nyerupa mendeklarasikan sebagai paksi pak sekala brak bersama dengan paksi lainnya disekala brak.
Para Pembesar Paksi Buay Nyerupa
Ratu buay nyerupa naik tahta di negeri tampak siring sukau sekarang diatas kunyayan tuha sekitar bukit tumi. Permaisuri ratu buay nyerupa bernama ratu sifaa kemala sakti, ratu buay nyerupa adalah seorang ulama (waliyulloh) penyebar agama islam. Di pemerintahan dia bersemboyan “ LAMON NYAWA LAMON JELMA” artinya banyak saudara banyak juga rakyatnya.
Ratu Buay Nyerupa mempunyai anak Si Gajah gelar ratu pikulun siba di mesir, Beliau lah yang mengusir lascar kejawen dari Palembang yang menyerbu wilayah buay nyerupa dan sampai dapat di usir sampai di jaga raga muara dua, si khasan pikulun ratu di lampung dia melakukan siba di banten memenuhi undangan sultan abdul muhasin zainul abidin, yang merintah tahun 1690 M. Ratu Pikulun di beri gelar oleh Sultan Banten dengan gelar kebangsawanan Tubagus Makmur hidayatullah dan beliau di beri prasasti tambo tembaga dari kuningan dan tombak serta keris pusaka sebagai tanda pengakuan keluarga bangsawan Lampung, dengan meninggalkan satu penggawa diwilayah banten cikoneng.
Si Pikor gelar Dalom Pikulun adalah yang memerintah kesultanan Buay Nyerupa dengan wilayah hokum administrasi sukau, liwa dan ulu krui tahun 1849 M, dialah yang membangun wilayah kubu perahu, lereng pesagi, bahwai, jejawi, sulung, way jangkakh, dan seminung. Jukhai ke 16 yaitu Merah Hakim gelar Sultan Ali Akbar Hidayatullah Waliyullah Paksi Buay Nyerupa, beliaulah yang disebut orang bisa terbang dari gunung pesagi ke gunung seminung, karena dia orang sakti dan dia pulalah yang melawan pemerintah belanda tahun 1863, dia melakukan perang gerilya disekitar gunung pesagi, gunung seminung, belalau sampai dipungung tampak dan belanda mengajak berunding kepada sulta ali akbar agar berdamai tetapi sultan ali akbar menolak kecuali kekuasaan wilayah tidak dipecah-pecah belanda dan akhirnya belanda dengan siasat kotornya dapat menangkap beliau dan beliau dibuang kemuko-muko Bengkulu sebangai tawanan, setelah dua tahun dibuang beliau meminta izin untuk menunaikan ibadah haji kemekkah dan beliau dizinkan, maka berangkatlah beliau menunaikan haji melalui pelabuhan menggala dan diiringi oleh pangeran-pangeran pagar alam, setelah satu tahun dimekkah maka wafatlah beliau dan dikebumikan tanpa jenazah atau disebut terbang burung terbang sangkarnya.
Sejak pemerintahan dipegang oleh pesirah abdul hamid dari Lamban Suka Marga saudara Sultan Akbar, lalu terjadilah pergeseran kekuasaan pemerintah, oleh Belanda melalui pemilihan pesirah marga sukau, adapun calonnya dua orang, pertama raja inton dan kedua abdul majid akhirnya yang menang dalam pemilihan adalah pesirah abdul majid dengan pemberian gelar Pangeran oleh Belanda, pesirah abdul majid adalah keturunan batin surge ulubalang dari sultan dalom pikulun lamban gedung pakuwon ratu, anak pesirah abdul majid adalah hasbullah. Hasbullah adalah pesirah kedua sampai proklamasi Republik Indonesia.
Perangkat Adat Paksi Buay Nyerupa
Di Sukau terdiri penggawa pak
Di Liwa Perwatin Dua Belas
Di Ulu krui perwatin telu
Di Semaka perwatin nom , Ditambah dua depati yaitu pagar tuha prajurit sawang dan jalang penumbang di tanjung beringin sedangkan penggawa penggawa perwakilan Lampung yang indah sejak tahun 1600 sampai tahun 1933 M tersebar / berdomisili :
1. Ujung ilir menggala raja dibukit raja pagar alam/ warga Negara.
2. Marga Baradatu dusun tiuh balak gelar batin bala seribu pangeran si pahit lidah
3. Marga Jabung dusun bungkuk labuhan meringgai Hi. Harun Pesirah Marga Unyi gelar sutan Tjik.
4. Dusun Canggu kalianda pangern tihang marga jurai dalom abdul wahab
5. Marga Punduh/ kunyayan kecamat padang cermin, Ahmad Rozi gelar Batin Paksi
6. Sabu menanga dusun menyangan padang cermin gelar Pangeran Ismail
7. Marga pematang sawa way nipah gedung dalom nama muhtar istrinya asli
8. Buay nyekhupa kecamatan gunung sugih nama gozali gelar suntan penutup
9. Negara batin kota agung suntan batin dan hermain
10. Marga ngarip kota agung gelar raja syapri
11. Semaka kota agung M. yusuf (senin/mulud), Mulkan-sallim sk.
12. Seputih doh cuku balak Muhammad husen gelar raja pemulihan marga
13. Sinar waya sukarajin lamban balak dalom sempurna.

Ketiga belas penggawa di Lampung itu merupakan perwakilan paksi buay nyerupa dan masih banyak jurai-jurai paksi buay nyerupa yang tidak diketahui lagi atau telah putus mata rantai dikarenakan perubahan zaman sehingga tidak diketahui lagi, seperti penggawa way urang, kelumbayan, gedung menang dan kaliandak sukau dan negeri canti.
PEMANGKU ADAT LAMBAN GEDUNG PEKUWON RATU
KEPAKSIAN NYERUPA
KERAJAAN SEKALA BRAK

SAI BATIN SULTAN
Puniakan Dalom SALMAN PARSI

( Sultan Peikulun Jayadiningrat )

PEMAPAH SAI BATIN
- Tasarifullah, BA ( Raja jaya di lampung)
            - Saifuddin (Batin junjungan sakti)
            - Husni muallim (batin kemala)
            - Iskandar Mirza/M.riad (Batin simbangan)
- Mukhtar hakim (Raja Paksi)
            - Martarizal (Batin balaseribu)

SUKU LAMBAN GEDUNG (KAMPUNG DALOM)
- MUCHLASIN Amar cho (Raja mangunang piekulun)
            - Mukhtaron BA. (Batin Permata)
            - Abd. Komar (Batin Pemuka Alam)
            - Mansur Nangcik (Raja Inton)
            - Lukman Hakim ( Batin nirwana)
            - Sallim sk (batin putra sangun)
            - Bastani (batin alamsyah)
- Habibullah (Raja simbangan sukamarga)
            - Habiburrohman (Batin kuta negara)
            - Murhasan (Batin pakhsi)
            - Tambat marsudi (Batin Paksi)
- Hayat/Hasalan (Raja benawa keling)
            - Musaddad (Batin Mangku)
            - Syarif (Batin Marga

PERANGKAT ADAT SUKU TELU
1. Suku Kuripan; Akmal Hakim (Raja Sempurna)
membawahi :
- Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4
2. Suku Tanjung Gunung;
Syahrul Mubin (Raja lebeh sakti)
membawahi :
- Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4
3. Suku gunung Tiga;
Hazmi Syamsi (Raja Sangunsuku)
membawahi :
- Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4

ANAK MENTUHA MARGA
- Damri Hamdan/Darmawan (Raja Sangun Sakti)
Lamban Suka Banjakh
- Amlan M R (Raja Sempurna)
Lamban sukarami

DIPATI
1. LIWA Peratin Dua Belas
Negeri Agung ( Dr. Chairul Muluk)
2. ULU KRUI Suku Tiga
- LAAY ( Zabur Rahman)
- BANDAR ( Atori-Ridwan)
- Gunung Kemala (Merah-Hermaya)
- Pekon Balak Raja Dewa
- PREPAS Raja Paksi (Merah)
3. RANAU PRAJURIT SAWANG,
Pagar Tuha Dipati Raja Sempurna
(Cik Agus/Hapzil)
4. TENUMBANG JALANG TENUMBANG
Pelita/Tanjung Beringin (Merah -Tabrani)

PERANGKAT PENGGAWA PAK
- Lamban bandar Kesugihan;
Ismun Zani ( Raja Syah Alam)
membawahi : - Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4
- Lamban Banjar agung;
Muchtaron (Raja mangkubumi)
membawahi : - Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4
- Lamban Bihu;
Abd. Rahman (Raja Mashur)
membawahi : - Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4
- Lamban Balak;
Baswan Abu Samma (Raja suku)
membawahi : - Batin 4 - Radin 4 - minak 4 - kemas 4 - mas 4

RAJA PENGAMPUNGAN LAMBAN GEDUNG
- Mansurdarsah ( Raja kapitan Jakum )
Lamban Banjakh masin
- Zamzani (Raja Saksi)
Lamban Duakha
- Suhaimi (Raja Pasak Alom Mata)
Lamban Pardasuka
- Selamat ( Raja Dewa Alam)
Lamban Gemutuk I
- Kusairi ( Raja Way Heling)
Lamban Sumber Agung
- Drs. Ridwan Abiasan ( Raja Andolan)
Lamban Suka marga
- Raja Sabli (Raja Khetak Batik)
Lamban Gemutuk II
- Asmuni ( Raja Sakti )
Bah belimbing
Lamban Tihang marga
- Zainul Raja
Bahway; Lamban balak
- Karim Marzuki ( Raja Sangun Helau)
Padang Cahya
Susunan Lamban Pakuan Ratu Paksi Buay Nyerupa :
1. Lamban Gedung Pakuwon Ratu
2. Lamban Bandung
3. Lamban Bandar
4. Lamban Banjar Agung
5. Lamban Suka Marga
6. Lamban Banjar Masin
7. Lamban Balak
8. Lamban Lunik
9. Lamban Suka Khajin
10. Lamban Suka Banjar
11. Lamban Parda Suka
12. Lamban Duakha
 
sumber : saliwanovanadiputra.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment