Wednesday, February 20, 2013

Sistem Pemerintahan Adat



Sistem Pemerintahan Adat Di Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak
Sebagian Raja - Raja Dibawah Sai Batin Kepaksian Nyerupa
Perdana Menteri dan Para Raja Jukkuan Kepaksian
 
Sultan merupakan pucuk pimpinan tertinggi di dalam adat sekala brak, sebutan Dudungan Mulia dari masyarakat adat ( jamma jamma ) kepada pimpinan adatnya. Segala titah Sai Batin atau Sultan adalah merupakan amanat yang musti di jalani atau dilaksanakan oleh siapapun yang menerima titahnya, sebuah pantun azimat yang cukup terkenal berbunyi “ khiah khiah kik dawah, kekunang kak debingi, kik kak saibatin mekhittah, tisansat kik pak mati “ merupakan penggambaran kesetiaan masyarakat adat terhadap amanah yang dititahkan oleh sultannya walau penunaiannya di ibaratkan mempertaruhkan nyawa.
Dalam menjalankan kepemimpinan adatnya sai batin membawahi struktur adat yang tersusun rapi, dan setiap pimpinan dalam struktur adat dibawah sai batin tersebut juga memiliki bawahanan lainnya. Terdapat 7 tingkatan hierarki dalam adat Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak yang tetap dipegang teguh yaitu mulai dari tertinggi Sultan, Raja Suku/Jukkuan, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas.  Sultan juga dalam menjalankan fungsinya dibantu oleh Pemapah Dalom, semacam perdana menteri, yang biasanya diangkat dari salah seorang paman atau adik Sultan. Para Pemapah Dalom/ Pemapah Paksi bergelar Raja. 

 Adapun Masyarakat adat  di dalam pemerintahan Adat Paksi Pak Sekala Brak terkelompok dalam struktur adat sebagai berikut :
1.      Jukku dipimpin Kepala Jukku bergelar Raja
2.      Sumbai dipimpin Kepala Sumbai bergelar Batin
3.      Kebu dipimpin Kepala Kebu bergelar Radin
4.      Lamban (Keluarga) dipimpin Kepala Keluarga atau Ghagah.

Dalam perkembangannya ketika penjajaha belanda datang ke tanah bumi sekala brak, tatanan adat mulai dikuasai, apalagi setelah kekalahan paksi pak sekala brak dalam peperangan dengan belanda dan dibumihanguskannya istana atau Lamban Gedung tempat bernaungnya masyarakat adat, hingga banyak pula rakyat yang berceraiberai, bahkan dikeluarkanlah Gouvernments besluit ddo.6 Maar n.18, ( Maklumat Gubernur jendral tertanggal 6 Maret 1844. No. 18), melarang Paksi Pak memakai nama Kerajaan dan dilarang :
  1. Pangkat Maharaja dan Raja pada Kebuayan dan marga marga tidak boleh lagi dipergunakan.
  2. sebutan bagi pemimpin masyarakat adat adalah Pesirah.
  3. Blanda berupaya menanamkan nilai nilai kepercayaan ajaran kristiani di sekitar Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak / Lampung Barat.
Dizaman penjajahan belanda inilah pemerintahan adat Paksi Pak dilemahkan, dan dibuat tandingan tandingannya, dengan membetuk system kepesirahan didalam sebuah marga, walaupun dengan siasatnya mengadopsi tata adat yang ada dikepaksian untuk diterapkan di tingkat marga. Bahkan setelah dipilihnya seseorang untuk menjadi pesirah, belanda menganugerahkan gelar atau adok setingkat sultan atau suntan untuk pesirah pesirah baru dan bahkan dianugerahkan pula gelar pangeran bagi yang telah berjasa. Tata adat dan pemerintahan adat sekala brak tidaklah sepenuhnya ditinggalkan oleh belanda, karena masih banyak pula masyarakat yang memegang teguh.

Ditengah kekangan belanda Paksi Pak Sekala Brak masih mampu bertahan untuk tetap memegang teguh nilai nilai leluhurnya dan terbukti hingga kini perjalanan terjal itu mampu dilalui, karena Sultan dari setiap Paksi beserta rakyatnya masih tetap ingin meneruskan kearifan nenek moyang. Salah satunya di pimpin oleh Sultan Ali Akbar Hidayatullah Waliyullah, Jurai ke16 dari Buay Nyerupa.Tahun 1868 Beliau melakukan perang gerilya diwilayah Gunung Pesagi, Gunung Seminung, Belalau sampai ke Pugung Tampak, belanda mengajak berunding Sultan Ali Akbar agar melakukan perdamaian. kan tetapi tawaran tersebut ditolak, kecuali belanda tidak memeach belah kekuasaan Paksi. permintaan tersebut tentu ditolak, dengan siasat liciknya belanda menangkap Sultan Ali Akbar dan dibuang kemuko muko bengkulu selama dua tahun, didalam pembuangannya Sultan Ali Akbar miminta izin kepada belanda untuk menunaikan ibadah haji. Diiringin oleh para pangeran pagar alam, beliau berangkat melalui pelabuahn Menggala. Namun Takdir membwanya wafat ditanah suci, masyarakat buay nyerupa mengenangnnya dengan ungkapan "terbang burung, terbang sangkarnya" . Begitu juga Dipertuan PANGERAN RINGGAU Gelar Pangeran Batin Pasirah Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala ( 1852 ), mendapatkan kehormatan SANDANG MERDIKA dan rakyat dimerdekakan selama 14 tahun tidak melaksanakan kerja gawi raja, karena jasanya menyelesaikan masalah rejang lebong dan pasemah lebar.

Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak kini masih tetap menjalankan tradisinya dalam menjalankan permufakatan, berupaya tetap meneruskan tradisi nenek moyang terdahulu, adapun Permufakatan Sidang Adat atau yang disebut “HIMPUN”adalah Himpun Keluarga, Himpun Belambanan, Himpun Bahmekonan, Himpun Paksi / Marga. Didalam himpun biasanya digunakan tata bahasa yang tinggi atau halus, disampaikan untuk menerangkan maksud hajat ataupun penyelesaian masalah, percakapan ini biasa disebut "betetangguh".

Tangguh / Betetangguh, Sai Batin Marga kepada Sai Batin Paksi

Bagi setiap Paksi juga memiliki punggawa2 yang merupakan keluaran dari salah satu 4 paksi, baik dari Paksi Pernong, Belunguh, Bejalan Diway. Punggawa punggawa tersebut saaat ni kebanyakan telah berdiri menjadi marga marga yang tersebar di berbagai penjuru lampung. Salah satunya seperti di Kepaksian  Nyerupa yang memeiliki penggawa penggawa perwakilan Lampung yang indah sejak tahun 1600 sampai tahun 1933 M tersebar / berdomisili :

1. Ujung ilir menggala raja dibukit raja pagar alam/ warga Negara.
2. Marga Baradatu dusun tiuh balak gelar batin bala seribu pangeran si pahit lidah
3. Marga Jabung dusun bungkuk labuhan meringgai Hi. Harun Pesirah Marga Unyi gelar sutan Tjik.
4. Dusun Canggu kalianda pangern tihang marga jurai dalom abdul wahab
5. Marga Punduh/ kunyayan kecamat padang cermin, Ahmad Rozi gelar Batin Paksi
6. Sabu menanga dusun menyangan padang cermin gelar Pangeran Ismail
7. Marga pematang sawa way nipah gedung dalom nama muhtar istrinya asli
8. Buay nyekhupa kecamatan gunung sugih nama gozali gelar suntan penutup
9. Negara batin kota agung suntan batin dan hermain
10. Marga ngarip kota agung gelar raja syapri
11. Semaka kota agung M. yusuf (senin/mulud), Mulkan-sallim sk.
12. Seputih doh cuku balak Muhammad husen gelar raja pemulihan marga
13. Sinar waya sukarajin lamban balak dalom sempurna.


Ketiga belas penggawa di Lampung itu merupakan perwakilan paksi buay nyerupa dan masih banyak jurai-jurai paksi buay nyerupa yang tidak diketahui lagi atau telah putus mata rantai dikarenakan perubahan zaman sehingga tidak diketahui lagi seperti penggawa way urang, kelumbayan, gedung menang dan kaliandak sukau dan negeri canti.


=================================================================

0 comments:

Post a Comment