Jatuhnya Kerajaan Sekala Brak Berdirinya
Paksi Pak dan
Penyebaran Penduduk Sekala Brak Ke Penjuru Lampung.
BATU KEPAMPANG : Tempat Eksekusi Pemenggalan Kepala zaman Sekala Brak Kuno |
Sedikit cuplikan dari buku Sultan Ratu
Pikulun yang berjudul Sekala Brak Asal Usul Suku Bangsa Lampung. Tersbutlah kisah,
beberapa anak raja – raja di Pagaruyung ( Sumatera Barat) merantau untuk mengembangkan
Agama Islam, dan setelah bertahun tahun – tahun empat orang diantaranya, secara
kebetulan bertemu di Puncak Gunung Pesagi terletak dalam Kerajaan Sekala Brak, yang
dihuni oleh Suku Tumi beragama Budha, mereka itu ialah : 1.Umpu Blunguh, 2.Umpu Pernong, 3.Umpu ( Bejalan
) Diwai 3.Umpu nyerupa . Umpu berasal dari kata “ampu” dan ampu itu tertulis di
Batu Tulis Pagaruyung, bertanggal Tahun 1356 Masehi. Ampu Tuan ialah sebutan
bagi anak - anak Raja Pagaruyung ( tuturan Pun di Belalau berawal dari singkatan
Ampu). Dipuncak gunung Pesagi, ini mereka berempat berembuk, bagaimana cara akan
mengIslamkan seluruh penghuni Kerajaan itu, dengan berkesimpulan akan dilakukn
secara damai (dakwah), tetapi kalau tidak berhasil terpaksa dilakukan walaupun
dengan peperangan, untuk itu membentuk, Suatu Kesatuan yang diberi nama Paksi Pak
dengan anggota - anggotanya terdiri dari mereka yang telah dimasukkan dalam
agama islam andaikata terpaksa mengadakan peperangan nantinya bisa dimenangkan
oleh Paksi Pak, maka Tanah Bumi Sekala Brak akan dibagi empat, dan masing -
masing mereka akn menjadi Raja. Setelah mengadakan perembukan mereka sama -
sama berdo'a, kepada Tuhan yg Maha Kuasa demi tercapainya maksud mereka. Yang
mana mereka masing –masing mendapat ilham sebagai berikut , 1. Umpu Belunguh akan
menjadi Raja yang mempunyai banyak harta, 2. Umpu Pernong akan menjadi Raja turun
temurun dan diberi sifat cerdik, 3.Umpu Bejalan diWay akan menjadi Raja gagah
perkasa, 4. Umpu Nyerupa akan menjadi Raja yang mempunyai banyak Rakyat. Inilah
asal mula gunung pesagi menjadi gunung Pertapaan, yang banyak mendapat
kunjungan dari segala pelosok daerah Lampung.
Keempat umpu itu turun dari Gunung Pesagi
tinggal di pinggiran kota
dijelaskan bahwa seorang gadis bernama si bulan dianggap mereka sebagai saudara
kandung dan banyak memberi bantuan kepada mereka, besar kemungkinan mereka itu
tinggal dirumah gadis itu dan dianggap sebagai anak anaknya sendiri karna
tujuan mereka semula menyebarkan agama islam, maka dengan tekun mereka
mengadakan dakwah dakwah. Pada mulanya dilakukan secara sembunyi sembunyi
tetapi setelah banyak pengikutnya secara berterang terangan. Jadi sekala berak
pada waktu itu terdiri dari dua macam agama, yaitu agama hindu budha dAn agama
islam yang mereka beri nama golongan Paksi Pak, setelah dipinggaran rata rata
memasuki agama islam dan mulai meluas ke jantung ibu kota, maka Raja Sekala Brak
yang bernama Umpu Searumong menganggap agama baru itu dapat menggoyahkan
kedudukanya sebagai raja, menganggap empat orang umpu umpu berserta pengikutnya
(paksi pak) sebagai lawan berbahaya dan perlu secepatnya ditumpas. Maka
terjadilah peperangan antara pasukan kerajaan dengan pasukan paksi pak tetapi
karena rakyat sudah banyak beragama islam dan banyak pula belum masuk tetapi
telah bertekad memasukinya, maka jumlah kedua belah pihak dapat dikatakan
seimbang, dan peperangan berjalan dengan sengit, si bulan meskipun ia hanya
seorang gadis turut pula bertempur dengan gagah berani menambah menghebatnya
peperangan itu setelah pasukan menderita banyak korban lantas mengundurkan diri
tetapi terus dikejar ke arah bedudu dan belampau, didekat kampung bedudu
tempatnya makam Umpu Sekarumong nama makam jerambai bersama anak angkatnya dari
liba haji, dan didekat kampung belampau terletak makam manik, nama makam
kejutai masih keluarga dari umpu tersebut. Dari belampau pasukan kerajaan
mengudurkan diri ke pekon awi dan disini mereka cerai berai tidak dapat
bertahan lagi, sebagian diantaranya menyerah dan sebagian lagi lari ke arah ke
pesisir kerui, mendirikan perkampungan perkampungan menempati daerah penggawa
lima, yaitu kampung kampung Pedada, Bandar, Negri, Perpas, Menyancang yang
kemudian dapat di taklukan oleh “Lemia Ralang Pantau “ yg datang dari arah
Ranau dengan bantuan lima orang penggawa dari Paksi Pak, dari lima penggawa
inilah terjadinya nama daerah itu penggawa lima sebab kemudian mereka berlima
tinggal menetap di daerah yg telah ditaklukanya, setelah selesai peperangan
mereka yang datang menyerahkan diri diterima oleh keempat umpu itu, dan setelah
diislamkan diberi kedudukan dalam pemerintahan yang layak, Pohon melasa
kepampang pujaan suku tumi itu disuruh tebang, kayunya dibuat “pepadun”
menyerupai bangku tempat duduk, penebangan kayu melasa kepampang pujaan suku
tumi itu adalah simbol penggantian agama budha dengan agama islam, dan jatuhnya
kekuasaan tumi di daerah ini untuk tidak terlalu mengecewakan mereka, maka
bangku itu dipergunakan sebagai singgahsana, tempat melantik kepala kepala suku
yang datang menyerah pada kedudukanya semula, atau mengangkat mereka yang telah
berjasa membantu dalam peperangan kemudian dipergunakan pula untuk mengislamkan
mereka yg datang menyerah secara perorangan sama halnya dengan waktu “gigilang”
di banten tempat Sultan Hasanudin bersemayam memasukan orang orang kedalam
agama islam pada tahun 1501 sangkerta atau tahun 1579 masehi. Kemudian setelah
seluruh rakyat memasuki agama islam pepadun itu hanya dipergunakan untuk
menobatkan raja raja Paksi Pak dan keturunanya saja. jadi pepadun melasa
kepampang inilah pepadun yang pertama di daerah Lampung. Dan demikianlah asal mulanya
kayu yang dipergunakan untuk keperluan itu serta sebab musababnya diciptakan.
Perbatasan tanah bumi Paksi Pak keseluruhanya sebagai berikut :
“ Dari selalau (pantai kerui) terus keselatan, mendapatkan
tanjung cina naik bukit sawah atau ( bukit barisan ) turun di batu sigawan,
menyeberang wai semangka, naik tikor berak, membelah tikor berak, mendapatkan
bukit begelung terus ditangkit keba, menuju pondok puar kebenatan, mendapatkan
kubu gayau menuju garis keulu mayus, terus kebukit ciguk, memutuskan air kiwis,
naik pematang berpala terus di kaur tebak, menyebrangi danau ranau, milir
menurut bukit sawa ketebu tigantung ulu menulah sampai ke kuala tanjung sakti
dari tanjung sakti terus ke kuala stabas sampai di selalau” . Lagi disini jelas
bahwa perwatasan Sekala Brak atau Paksi Pak tersebut hanya meliputi seluas x kewidanaan
kerui saja. Kita tidak boleh menganggap daerah demikian itu terlalu kecil
sebagai bentuk suatu kerajaan, karna luasnya hampir sama dengan x kesultanan
kesultanan di sumatera utara atau kesultanan kesultanan di malaysia.
Kalau ada keistilah keratuan keratuan di perbagai daerah
lampung seperti ratu dipuncak, ratu di balau, ratu dipugung dan ratu
pemanggilan, tentulah penjelmaan keratuan itu sebagai kelanjutan dari
perkembangan orang orang dari sekala berak yg menghiliri sungai sungai dan
mendirikan tempat tinggal menjadi kampung kampung yg besar dn akhirnya dari
beberapa puluh kampung itu membentuk suatu kerajaan kecil yg berdiri sendiri
dengan nama kedatuan atau sebutan kedaton untuk rumahnya kemudian meningkat
sebagai keratuan dengan sebutan keraton kemudian daerah paksi pak dibagi dan
masing masing umpu berkuasa dalam lingkungan daerahnya selaku raja yaitu : Umpu
Belunguh dapat bagian daerah buay belunguh dengan ibu negeri kenali (sekarang
ibukota kecamatan Belalau), Umpu Pernong dapat bagian buay pernong dengan ibu
negri hanibung atau Batu Brak, Umpu Jalan diWai dapat bagian Buay jalan diwai
dengan ibu negeri puncak kemudian berbentuk marga kembahang, Umpu Nyerupa pembagian daerah buay nyerupa
dengan ibu negri Tampak Siring kemudian berbentuk Marga Sukau, Si bulan di beri pembagian cenggiring way
nerima, tetapi kemudian si bulan meninggalkan daerahnya hingga daerahnya itu
digabungkan dengan daerah Umpu Pernong.
Perincian perwatasan daerah masing masing umpu sebagai
berikut, Tanah bumi umpu belunguh seluruh kecamatan sumber jaya dan sebagian
besar kecamatan belalau, tanah bumi umpu pernong sebagian dari kecamatan
belalau sebagian dari kecamatan pesisir tengah dan kecamatan pesisir selatan, tanah bumi jalan diwai hanya sebagian kecil
dari kecamatan belalau, tanah bumi umpu nyerupa kecamatan balik bukit dan
kecamatan pesisir utara serta sebagian pesisir tengah, kemudian masing masing
umpu itu memimpin anak buahnya dengan adil dan bijaksana membentuk adat yang
tentunya sejalan dengan hukum sarak dengan menyertakan adat lama yg masih dapat
dipakai serta mengutamakan undang undang minangkabau” pepatih sebatang yang
sampai tahun 1865 masih berlaku di kerui meskipun kedudukan tertinggi ialah
raja atau saibatin didalam kebuayanya, tetapi untuk menetapkan sesuatu yang
dianggap penting keempat umpu umpu itu selalu bermusyawarah sehingga semua adat
yg berlaku di empat daerah itu seragam. Adat jujur yg telah ada sejak dahulu
tidak diganggu gugat malahan disempurnakan. Marga buay Belunguh mempunyai
Lambang Paku Rura” dilom lungup ” subur sejahtera. Kerajaan Sekala Brak adalah
satu kerajaan makmur, tangguh, bijaksana dn temashur kemana mana berdiri diatas
kaki sendiri dengan lambang cambai mak bujunjungan”.
PENYEBARAN PENDUDUK
Mengenai Penduduk Buay Belunguh dan sekitarnya yang tersebar
kedaerah Jambi atau kota
kabupaten tersebut bernama Kenali (Kenali Besar adalah salah satu
kelurahan
di Kecamatan
Kota
Baru ). ex Marga Buay Belunguh
juga diantara Palembang
deng Jambi ada Perkebunan bernama Belalau. Kedaerah Semangka : kemudian orang -
orang yang turun dari Pegunungan ke Lampung Selatan, sampai di Teluk Semangka
mendirikn pula kampong kampung yang disebut lampung pesisir dan pada zaman
pemerintahn Belanda menyusul perpindahan secara besar besaran, yaitu orang yang
berasal dari Liwa dikepalai oleh kepala Adatnya mendirikan kampung Negara Batin,
kemudian yang berasal dari suoh mendirikan kampong - kampung: Bandar, Sukabumi,
Way Liwok serta Bandar Kejadian, serta Tingos. Bahkan Paman Sai Batin Pangeran
Jaya diLampung pindah menggabung di Kampung Kagungan ex Marga Buay Belunguh
Kota Agung.
Ketika terjadi Gempa Bumi besar meletusnya Bukit Bata diSuoh
pada tgl 23 Juni 1933, mengalir pula rombongan
orang orang yang pindah ke Lampung Pesisir, dari Suoh mendirikan Kampung
Karang. Dari Batu Brak dan Kenali mendirikan kampung Kenyangan dan Susukan. Adapula
juga berasal dari Kenali dan Liwa pindah ke Talang Padang dan Pagelaran, bahkan di daerah Waya Telah
berdiri empat kampong berasal dari Kenali dn Liwa (dua kampung termasuk dalam
daerah Lampung Selatan dan dua kampung Lagi termasuk dalam daerah Kabupaten
Lampung Tengah). Ke Kuripan dan Kaliandak
: di ex Marga Legun dan Kuripan Kaliandak, juga di Gedung Pekuon Teluk Betung yang
telah merupakan kampong ialah anak anak dari Umpu Junjungan Sakti dari Buay Belunguh
Kenali. Kedaerah Menggala keturunan marga Buai Bulan di Menggala berasal dari
keturunan si Bulan yang dianggap saudara kandung oleh Paksi Pak dan meninggalkan
tanah pembagiannya di cenggiring way nerima. Ke Pesisir Krui, keturunan Penggawa
Lima dari Belalau (paksi Pak) bersama sama dengan keturunan Suku Tumi yg telah
dikalahkan, mereka tinggal di kampong kampong Pedada, Bandar, Negeri, Perpas,
Menyancang. Di ex Kewidanaan Way Kanan ada pula marga marga yg bernama
Semenguk, Asal usul semenguk dan baratdatu itu dari dataran Menguh Buay Belunguh
Kenali Kecamatan Belalau sekarang, dataran Menguk di Belalau itu sudah menjadi hutan
tempat peladangan, dan banyak diketemukan batu batu bekas bekas tiang rumah dan
siring siring peninggalan zaman dahulu tak dapat dipungkiri daerah ini zaman
dahulu tempat beberapa kampong kampung besar, bambu berasal dari menguk
dianggap penduduk sekitar kenali sebagai bambu terbaik untuk dibuat Bahan
Serdam ( suling bambu cara Lampung belalau).
Dari Umpu Pernong / Buay Kenyangan, 1. Sebagian dari ex Marga
Suoh yang pindah k Semangka. Sebelum dan sesudah gempa bumi besar tahun 1933. 2.
ex Marga Banding Agung di Ranau. 3. Kampung Kenyangan di Kecamatan Kotaagung. 4.
Kampung Kandang Besi di Semangka. 5. Marga Paku Sengkunyit di Martapura. dan
6.Di Pesisir Selatan Krui. Dari Umpu Nyerupa Sukau. 1. ex Marga Liwa Kecamatan
Balik Bukit. 2. ex Marga marga : Gunung Kemala,Pedada, Bandar, Laai dan Pugung.
3. Kampung Komering Agung di ex Marga Nerupa Lampung Tengah. 4. Dan banyak pula
merupakan kampong di Lampung Selatan. Dari Umpu Jalan Diwai / Kembahang, 1. ex
Marga Ngambur Tembulih di Pesisir Selatan Krui, 2. Keturunan Naga berisang di
Pekuon Ratu (Kecamatan Pekuon Ratu). 3.ex Marga Tanjung Jati di Ranau. 4. Kampung
Kembahang di Kota Agung Semangka.
Untuk lebih jelasnya mengenai Pepadun adalah Melasa Kepampang
( Pohon nangka yang bercabang kayu Sebukau yang disembah sembah Suku Tumi karna
dianggap suatu yang luar biasa, sementara kalau dimakan salah satunya akan keracunan
dan penawarnya dimakan yang satunya (cabang) dan setelah masuknya Paksi Pak
atau menyebarnya Agama islam oleh 4 umpu anak Raja Pagaruyung. Maka ditebanglah
Melasa Kepampang itu dan dijadikan Tempat duduk yang selama ini dianggap Tuhan
oleh bangsa Tumi itu.
sumber : saliwanovanadiputra.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment